Bagaimana pengelolaan konflik dapat berkontribusi dalam mengurangi deforestasi dan efek gas rumah kaca global?

16 Juni 2019

Kejadian konflik lahan dan kekayaan alam merupakan salah satu pemicu deforestasi dan degradasi kekayaan alam. Ketika terjadi konflik, timbul rasa saling tidak percaya antara para pihak dan atau pemangku kepentingan. Akibatnya kejadian konflik yang tidak terselesaikan tersebut mengurangi insentif bagi para pihak untuk mengelola penggunaan lahan dan kekayaan alam secara berkelanjutan. Contohnya, masyarakat merasa tidak memiliki insentif untuk menjaga hutan ketika mereka khawatir bahwa pihak lain akan menebang hutan mereka. Sebaliknya pihak perusahaan merasa tidak perlu menjaga wilayah konsesinya karena khawatir bahwa pihak lain tidak menghargai batas-batas wilayah konsesi dan menggunakan sumber daya alam di wilayah yang mereka kelola.

Lebih jauh, konflik yang tidak terkelola dapat bereskalasi menjadi konflik yang lebih besar dan termanifestasi dalam aksi-aksi destruktif sebagai siasat para pihak untuk menunjukkan posisi. Aksi-aksi seperti pembakaran lahan, penahanan oknum, perambahan hingga pengrusakan kebun merupakan contoh-contoh manifestasi konflik yang bisa terjadi. Kejadian konflik seperti ini akan menyulitkan diperolehnya dukungan dan komitmen dari semua pemangku kepentingan untuk proyek-proyek yang mendukung pengelolaan lahan dan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Karenanya pengelolaan konflik merupakan bagian tak terpisahkan dari konsep pengelolaan lahan dan kekayaan alam yang berkelanjutan.