Engagement dalam Penanganan Konflik Agraria dan Kekayaan Alam: Fondasi Penyelesaian Berkelanjutan

22 Juni 2023

Konflik agraria dan kekayaan alam merupakan bagian tak terhindarkan dari pembangunan di Indonesia. Karenanya upaya penanganan konflik agraria dan kekayaan alam seharusnya menjadi bagian dari aspek pemungkin bagi pembangunan yang berkeadilan, inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Dalam upaya penanganan konflik, penting untuk memahami bahwa penanganan konflik melulu tentang membangun jembatan dialog dan mencapai penyelesaian yang berkelanjutan, dimana peran engagement krusial untuk membangun interaksi konstruktif diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses penanganan konflik. Di tulisan kali ini, secara singkat kami ingin mengulas peran penting engagement dalam proses penanganan konflik agraria dan kekayaan alam, khususnya dalam perannya untuk memastikan penyelesaian konflik yang berkelanjutan.

Sebelumnya, sebagai catatan, kami mengetahui bahwa secara semantik engagement memiliki beberapa arti yang telah disepakati seperti pelibatan, pengikutan, dan penyertaan. Karena variasi penggunaannya sangat tinggi, dalam tulisan ini kami menggunakan kata engagement sebagai terminologi kerja yang memungkinkan tafsir yang lebih longgar. 

Tujuan utama engagement dalam penanganan konflik adalah memuluskan proses dengan membangun prasyarat yang memungkinkan dialog yang efektif. Melalui keterlibatan aktif semua pihak, engagement membuka jalan bagi komunikasi terbuka dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif dan kolaboratif. Hal ini membantu menghindari kebuntuan dan mempercepat pencapaian solusi yang saling menguntungkan.

Engagement dalam penanganan konflik juga bertujuan untuk menggalang dukungan khususnya dari pihak yang yang memiliki kewenangan terkait pokok konflik. Pelibatan pejabat lembaga yang memiliki kewenangan dapat meningkatkan peluang keberhasilan penyelesaian konflik berupa kesepakatan damai yang dapat dilaksanakan kemudian. Dengan mendapatkan dukungan ini, proses penanganan konflik dapat diperkuat, dan keputusan yang dihasilkan memiliki legitimasi yang lebih besar.

Suatu proses penanganan konflik hanya dapat berjalan apabila para pihak sadar dan mengakui adanya konflik. Di sini, engagement menjadi langkah untuk membangun kesadaran dan pengakuan para pihak tentang adanya konflik yang harus ditangani serta keberadaan para pemangku kepentingan lain. Hal ini penting karena dalam berbagai kasus, pihak yang terlibat terkadang tidak sepenuhnya menyadari dampak negatif konflik atau bahkan menyangkal keberadaannya. Sehingga dengan pelibatan secara langsung melalui engagement para pihak yang berkonflik, akan membuka mata dan pikiran mereka terhadap kebutuhan untuk menangani konflik tersebut.

Selain itu, engagement bertujuan untuk membangun kepercayaan para pihak serta para pemangku kepentingan lainnya terhadap efektivitas metode atau pendekatan penanganan konflik yang dialogis dan non-konfrontatif. Hal ini penting karena seringkali dalam penanganan konflik, para pihak yang berkonflik meragukan kehandalan pendekatan dialogis dan non-konfrontatif seperti mediasi. Ada kecenderungan para pihak untuk menyelesaikan konflik dengan meraih kemenangan atas pihak lain melalui upaya konfrontatif. Engagement  membantu para pihak untuk memahami dan meyakini efektivitas pendekatan dialogis dan non-konfrontatif dalam penanganan konflik. 

Tujuan lain engagement dalam penanganan konflik adalah menciptakan atmosfer yang kondusif. Dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif, mendorong para pihak untuk saling mendengarkan, dan menghormati pandangan pihak lain, engagement menciptakan ruang aman bagi semua pihak untuk berbicara dan menyampaikan kepentingannya. Singkatnya, engagement membuka ruang dialog yang diperlukan bagi pihak berkonflik dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam dialog ini, pihak-pihak dapat saling mendengarkan dan memahami perspektif satu sama lain, untuk kemudian mencari solusi yang saling menguntungkan. 

Engagement berperan penting dalam membangun hubungan kepercayaan yang kuat dan terbuka dengan semua pihak yang terlibat dan pemangku kepentingan lainnya. Atas dasar hubungan kepercayaan tersebut, akan terbangun transparansi yang memungkinkan pengumpulan data dan informasi relevan yang lengkap dan akurat. Pada gilirannya dasar informasi yang baik akan berguna untuk menciptakan struktur yang inklusif, menentukan sumber daya yang diperlukan untuk proses penyelesaian konflik, serta mengambil keputusan berdasarkan fakta dan pemahaman yang komprehensif.

Engagement yang efektif dengan semua pemangku kepentingan juga akan menciptakan rasa kepemilikan terhadap proses dan hasil upaya penanganan konflik. Pelibatan secara langsung akan membuat para pihak merasa memiliki keputusan-keputusan yang diambil dan solusi yang dicapai. Hal ini meningkatkan komitmen mereka terhadap implementasi dan pemeliharaan hasil penyelesaian konflik.

Engagement juga mendorong terbukanya ruang untuk saling belajar antara para pihak yang berkonflik dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui proses dialog dan pertukaran informasi, pihak-pihak dapat memperluas pemahaman mereka tentang perspektif, kebutuhan, dan harapan masing-masing. Ini membuka peluang untuk membangun rasa empati, mereduksi stereotip, dan mencapai pemahaman yang lebih mendalam.

Dapat disimpulkan, engagement berperan penting dalam penanganan konflik, terutama dalam konflik agraria dan kekayaan alam yang seringkali rumit dan menyangkut kepentingan yang saling berseberangan antara pihak-pihak yang sangat beragam. Dengan memfasilitasi komunikasi yang terbuka, membangun kepercayaan, dan menciptakan atmosfer yang kondusif, engagement membantu para pihak untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam mencapai penyelesaian konflik yang berkelanjutan. Dengan demikian, engagement menjadi jembatan menuju penyelesaian konflik yang adil, berkelanjutan, dan membangun hubungan yang lebih baik di masa depan.