Orang Muda dan Masa Depan Reforma Agraria: Dari Layar ke Lahan

Ketika mendengar kata “reforma agraria”, banyak orang muda mungkin langsung membayangkan istilah yang kaku, rumit, dan jauh dari kehidupan sehari-hari. Padahal, isu ini sangat dekat dengan masa depan kita, mulai dari ruang hidup, keadilan sosial, hingga keberlanjutan lingkungan. Dan disinilah orang muda, generasi yang lahir dan tumbuh di tengah era digital, punya peran penting sebagai motor penggerak perubahan.
Keterlibatan orang muda dalam reforma agraria tidak cukup lewat seminar atau diskusi akademik. Orang muda perlu terjun langsung, belajar dari komunitas petani kecil, masyarakat adat, atau warga yang terdampak konflik lahan. Dengan bekal pelatihan mediasi, hukum agraria dasar, hingga advokasi digital, generasi ini bisa menjadi kader yang bekerja praktis dan menghadirkan solusi nyata.
Ciri khas orang muda adalah kemampuannya mengubah isu serius menjadi pesan yang relatable. Media sosial menjadi panggung utama. Melalui video singkat, podcast, infografis interaktif, atau cerita visual yang menyentuh, isu agraria bisa diangkat dengan cara yang segar, emosional, dan mudah dipahami publik. Dengan begitu, mediasi konflik tenurial tidak lagi dipandang sebagai proses membosankan, melainkan sebagai upaya dialog yang keren, damai, dan relevan.
Banyak orang muda sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan, keadilan, dan hak asasi manusia. Reforma agraria bisa dikaitkan dengan gaya hidup mereka misalnya dengan memilih produk lokal, mendukung pertanian berkelanjutan, atau menerapkan pola konsumsi etis. Di titik inilah lahan bukan lagi sekadar aset ekonomi, tetapi bagian dari identitas, budaya, dan keberlanjutan hidup.
Orang muda dikenal fasih dengan teknologi. Inovasi digital seperti peta daring, data satelit, aplikasi pelaporan konflik, hingga mapping non-formal kepemilikan lahan, bisa mereka manfaatkan untuk membuka akses informasi yang transparan. Dengan menjadi “data activists”, generasi ini dapat mencegah konflik sebelum membesar, sekaligus memperluas kepercayaan publik terhadap mediasi sebagai jalur penyelesaian.
Satu ciri khas orang muda adalah orientasi pada hasil konkret. Mereka ingin melihat dampak yang jelas misal restitusi lahan, pengakuan hak masyarakat adat, hingga perbaikan kebijakan. Transparansi dalam pelaporan dan indikator keberhasilan yang terukur menjadi kunci agar kepercayaan ini terus terjaga.
Namun, perubahan agraria tidak terjadi dalam semalam. Ia butuh kerja panjang, konsistensi, dan jaringan lintas generasi. Orang muda perlu patron atau mentor dari generasi sebelumnya, sekaligus ruang untuk terus terlibat dalam forum publik, organisasi masyarakat sipil, maupun gerakan lokal. Hanya dengan itu, momentum bisa dijaga, dan cita-cita reforma agraria dapat diwujudkan.
Reforma agraria bukan warisan masa lalu, melainkan proyek masa depan. Dan masa depan itu kini berada di tangan generasi yang tumbuh bersama smartphone dan media sosial. Orang muda bukan hanya penonton, tetapi aktor utama: membawa suara keadilan dari layar ke lahan, dari klik ke aksi nyata.
Foto oleh Herwin Prabawananda.