Diskusi Mediator: Mengungkap Tantangan dan Praktik Cerdas Mediasi Sumber Daya Alam di Indonesia

9 Juli 2018

Masih dalam balutan suasana hari raya Idul Fitri, Conflict Resolution Unit (CRU) mengundang sedikitnya 40 mediator sumber daya alam dan lahan dari seluruh Indonesia untuk mengikuti acara Diskusi Mediator di Jakarta pada tanggal 25 dan 26 Juni 2018. Acara Diskusi Mediator merupakan acara pertemuan khusus untuk para mediator sumber daya alam dan lahan di Indonesia yang diinisiasi oleh Conflict Resolution Unit (CRU), sebuah unit penyelesaian sengketa di bawah IBCSD yang bertujuan untuk menyediakan jasa layanan yang mendukung upaya mediasi sumber daya alam dan lahan di Indonesia.

Pertemuan ini dibuka oleh sambutan dari Budi Santosa, Direktur Eksekutif IBCSD yang mengenalkan CRU sebagai sebuah unit yang berada dalam naungan Perkumpulan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD). “Kami fokus pada isu-isu berkelanjutan, salah satunya untuk CRU, mencoba suatu platform independen yang dapat memfasilitasi pihak – pihak yang berkonflik agar tidak sampai ke pengadilan”, terang Budi dalam sambutannya.

Acara yang berlangsung dalam dua hari pada tanggal 25 – 26 Juni 2018 ini dihadiri oleh sekurangnya 40 peserta dari seluruh Indonesia dan dihadiri juga oleh mediator senior yang berperan sebagai baik sebagai fasilitator mapun narasumber dari acara ini. Menariknya seluruh peserta hadir dari latar belakang yang berbeda, mulai dari mediator profesional, mediator junior, mediator dari PNS hingga mediator hakim.

Selain itu pengalaman dari para peserta cukup beragam, walaupun tidak seluruh peserta merupakan mediator bersertifikat, namun seluruh peserta memiliki pengalaman yang beririsan dengan penyelesaian sengketa sumber daya alam di daerahnya masing-masing terutama dalam sektor kelapa sawit, HTI dan pertambangan. Tiga isu ini menjadi titik tolak pembahasan dalam diskusi kelompok terarah untuk menemukan tantangan dan praktik cerdas dalam mediasi sumber daya alam.

Falatehan Zainy, penanggung jawab acara Diskusi Mediator dan juga manajer program CRU menjelaskan maksud acara ini adalah mempertemukan para mediator di daerah untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman antar sesama mediator. “Diharapkan kita bisa mulai membangun komunikasi untuk menguatkan jejaring antar mediator, terutama di daerah (luar Jawa) dalam kaitan mediasi konflik sumber daya alam di daerah masing-masing”, jelasnya.

Untuk menghangatkan suasana diskusi, acara ini juga menghadirkan beberapa narasumber dari unsur pemerintahan, peneliti hingga praktisi mediasi untuk berbagi ilmu dan pengalaman tentang perkembangan penyelesaian sengketa sumber daya alam dan lahan di Indonesia.

Prof. Indra Bastian dari Pusat Mediasi Indonesia, salah satu narasumber, menekankan pentingnya penguasaan konteks sumber daya alam bagi para mediator yang akan memediasi konflik terkait sumber daya alam. Beliau berpendapat bahwa penguasaan konteks sumber daya alam akan membantu mediator dalam menganalis konflik, memetakan konflik, hingga merancang keluaran dari proses mediasi.

Sementara itu Daru Ardianto dari PKTHA – KLHK berbagi pengalaman tentang perjalanan PKTHA selama tiga tahun pendiriannya untuk menjawab tantangan dalam mencari solusi bagi penyelesaian konflik-konflik tenurial di Indonesia. “Hingga Juni 2018, sebanyak 138 kasus telah selesai, 80 kasus dalam proses dan 31 kasus lainnya tidak dilengkapi,” ceritanya.

Melengkapi sesi pemaparan, Yando Zakaria, antropolog senior dari KARSA menceritakan hasil studi terbarunya tentang biaya konflik sumber daya alam dan lahan dari perspektif komunitas. Studi ini merupakan studi kolaborasi hasil kerjasama KARSA dan CRU untuk menghitung besaran dampak konflik SDA dalam nilai moneter pada komunitas masyarakat.

Diskusi Tematik

Memasuki paruh kedua acara Diskusi Mediator, para peserta memulai diskusi tematik untuk menjawab apa tantangan bagi mediator dan bagaimana praktik cerdas dalam mediasi sumber daya alam di Indonesia. Untuk mengefektifkan ruang diskusi, peserta dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok sawit, HTI dan tambang. Pembagian kelompok ini didasarkan pada latar belakang dan ketertarikan peserta masing-masing akan isu tersebut. Seorang fasilitator yang memiliki latar belakang dalam penyelesaian sengketa sumber daya alam dan lahan menjadi fasilitator sekaligus pemantik diskusi pada masing-masing kelompok tersebut.

Dalam diskusi, isu ketidakseimbangan kekuatan dan informasi, intervensi pemodal, kebijakan pemerintah hingga kebutuhan akan pendamping untuk kelompok masyarakat menjadi salah satu tantangan dalam proses mediasi untuk menyelesaikan konflik sumber daya alam di Indonesia.

Sementara itu peserta lainnya menyebutkan kebutuhan akan peningkatan kapasitas untuk membantu peran mediator. “Yang kami butuhkan adalah capacity building,” ungkap Mora, salah satu peserta yang berasal dari Sumatera Barat.

Rangkaian diskusi interaktif ini diakhiri oleh sesi pengenalan program Conflict Resolution Unit yang bertujuan untuk memajukan mediasi sebagai salah satu opsi efektif untuk penyelesaikan konflik SDA di Indonesia oleh Navitri Putri Guillaume, Direktur program CRU.

“Tujuan kedepannya adalah suatu lembaga independen. Dan yang sedang dilakukan sekarang ini adalah seperti layaknya inkubasi. Kita ingin melihat bagaimana untuk menjadi lembaga independen terkait dengan penyelesaian konflik batas wilayah alam, dan berkemampuan untuk memberikan informasi di daerah konflik terutama tentang mediator-mediator yang memiliki spesifikasi yang kemampuan yang tepat untuk konflik yang sedang dihadapi”, ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, Navitri juga mengungkapkan CRU dalam upaya mewujudkan misinya, CRU bekerja sama dengan institusi lainnya yang bergerak pada dalam bidang mediasi konflik sumber daya alam dan lahan serta para mediator.

Diskusi Mediator

Sejumlah peserta dan narasumber yang hadir mengemukakan apresiasi untuk pertemuan ini. “Apresiasi untuk CRU yang telah menginisiasi acara ini. Mempertemukan kami, yang tidak pernah bertemu sebelumnya namun sama-sama bergelut di bidang yang sama,” ungkap Umi, salah satu peserta dari Jambi. Sementara itu Yani, salah satu peserta dari Garut, Jawa Barat menitipkan pesan tentang keberlanjutan kegiatan ini. “CRU harus memikirkan juga keberlanjutan dari kegiatan ini, sebagai bahan juga untuk peningkatan kapasitas khususnya untuk teman-teman yang hadir di sini,” ungkapnya menutup acara Diskusi Mediator.


Keteragan foto: Sejumlah mediator sumber daya alam dari seluruh Indonesia berkumpul dalam gelaran acara diskusi dua hari, Diskusi Mediator yang diadakan oleh Conflict Resolution Unit (CRU) pada tanggal 26 – 27 Juni 2018 di Jakarta.